Rabu, 11 Oktober 2017

Pengalaman Menyusui pada Ibu Bekerja Penyandang Diabetes

Menyusui itu memang sebuah proses yang indah dan menyenangkan, namun penuh perjuangan. Bagi seorang working mother, tantangan untuk dapat memberikan ASI Eksklusif dan melanjutkan pemberian ASI hingga sang buah hati berusia 2 tahun, tidaklah mudah.  Saya pernah menjalani ini dan saya hampir saja menyerah ketika si kecil berusia 4 bulan. Bukan hanya memikirkan ASI Perahan (ASIP) yang harus cukup untuk kebutuhan si kecil, tetapi sebagai seorang diabetesi, juga harus terus mengontrol kadar gula darah agar tetap stabil. Harus tetap konsisten memerah ASI meskipun di kantor lagi hectic, tidak ada alasan untuk tidak pumping. Maklum, saya ini termasuk emak-emak yang kejar tayang stok ASIP-nya. Jadi, kalau jadwal pumping kacau, bisa bahaya! bisa-bisa stok ASIP ga cukup!

Saya pernah bertanya kepada dokter anak yang biasa menangani Delisha (anak pertama kami), "Dok, apa saya tetap bisa menyusui?" dan kata beliau, ibu dengan diabetes tetap dapat memberikan ASI dan harus tetap menjaga kadar gula darah tetap terkontrol. Alhamdulillah...jadi makin semangat ciiinnnn.. pumpingnya!!!

Artikel mengenai Aspek Hormonal Air Susu Ibu dalam website IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyebutkan bahwa ASI mengandung hormon dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam proses pematangan saluran cerna terutama fungsi kekebalan dan ketahanan terhadap penyakit. Pemberian ASI eksklusif bersifat protektif terhadap penyakit Diabetes Mellitus tipe I dan 2, serta obesitas. Ibu dengan penyakit endokrin relatif aman untuk menyusui (sumber : Aspek Hormonal Air Susu Ibu ). Jadi, selama tidak ada halangan untuk memberikan ASI (tidak ada indikasi medis yang membahayakan ibu maupun bayi), sudah sepatutnya memang ASI ini diperjuangkan. 

Delisha lahir melalui operasi caesar dengan berat badan 3,6 kg (gede yaaa mak). Salah satu resiko ibu hamil dengan diabetes memang melahirkan bayi besar (giant baby). Pada trimester akhir kehamilan, gula darah saya kurang terkontrol, cenderung tinggi.  Alhamdulillah, proses menyusui di awal kelahiran Delisha berjalan lancar.  Hari terakhir di rumah sakit, saya mendapat kabar hasil lab Delisha menunjukkan bilirubin yang sedikit tinggi (12 mg/dl) dan dokter menyarankan agar Delisha disinar untuk menurunkan kadar bilirubinnya.  Akhirnya saya pulang ke rumah, sementara Delisha masih di rumah sakit untuk terapi sinar biru (hiks..hiks..sedih banggeeeettt). Disinilah pertama kali saya memerah ASI.

Pertama kali memerah ASI, saya menggunakan alat perah fasilitas dari rumah sakit. Kemudian saya lanjutkan memerah ASI dirumah, lalu kemudian hasil ASIP yang telah dikumpulkan dikirim ke rumah sakit (yang jaraknya sekitar 2 km dari rumah) selama Delisha ada disana.  Dokter memberitahu bahwa selama disinar, bayi akan lebih sering haus karena panas dari sinar tersebut.  Apabila ternyata ASIP yang saya berikan kurang, maka saya setuju agar Delisha mendapatkan tambahan susu formula (sufor) untuk menghindari dehidrasi. 

Jadi sebetulnya, di awal kelahirannya, Delisha sempat mendapatkan sufor. Sedih juga sih, tapi saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan ASIP yang banyak.  Untungnya Delisha tak lama disinar, setelah 1 hari menjalani terapi sinar, Delisha diperbolehkan pulang.
Saya mendapat cuti hamil 1 bulan sebelum melahirkan dan 2 bulan pasca melahirkan. Jadi, selama 2 bulan saya stok ASIP dan terkumpul sekitar 60 botol (1 botol 100 ml). Banyak loh tantangan utk menyetok ASIP! salah satunya rasa lelah akibat kurang tidur selalu dijadikan alasan untuk menunda-nunda pumping.

Karena ngASI ini sudah jadi prioritas saya, maka segala resiko harus siap dijalani.  Tantangan yang dihadapi ibu bekerja penyandang diabetes, yang sangat memberikan kesan adalah adanya resiko hipoglikemia saat menyusui, Delisha alergi protein susu sapi, stok ASIP yang kejar tayang, dan gejala bingung puting saat Delisha berusia 4 bulan.

1. Resiko Hipoglikemia Saat Menyusui

Pengalaman saya, menyusui ataupun memerah ASI dapat memberikan efek penurunan kadar gula darah. Jadi, saat menyusui atau memerah ASI, perlu diwaspadai terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah rendah dibawah normal). Gejala yang ditunjukkan antara lain pandangan mulai gelap, badan gemetar, keluar keringat dingin, tampak linglung, dsb. Karena itu, penting untuk selalu sedia permen ataupun makanan/minuman manis lainnya selama menyusui ataupun saat pumping.  Gak lucu kan... kalo pingsan saat menyusui atau saat pumping...😟

2. Si Kecil Alergi Protein Susu Sapi

Saat usia Delisha belum genap 3 bulan, ada sesuatu yang mengkhawatirkan saya yaitu sudah 2x BAB Delisha ada lendir-lendir darah. Esok harinya saya membawa Delisha ke rumah sakit. Sayangnya, dokter yang biasa menangani Delisha sedang cuti Umroh. Padahal, saya dan suami sudah merasa cocok dengan dokter tersebut. Akhirnya kami, memilih dokter yang ada jadwal praktik saat itu. Delisha diberi resep obat, ada 3 jenis obat dan salah satunya adalah antibiotik. Sesampai di rumah, saya terus memandangi antibiotik itu. Lalu saya minta izin ke suami untuk tidak memberikan antibiotik dan obat-obatan lainnya, ada keyakinan dalam diri saya bahwa Delisha tidak perlu diberi antibiotik.

Beberapa hari kemudian saya kembali lagi ke rumah sakit karena dokter yang biasa menangani Delisha sudah praktik (dr. Rianita Syamsu, Sp.A). Ternyata firasat saya betul, Delisha tidak perlu antibiotik. Menurut dr. Rianita, Delisha alergi protein susu sapi. Dokter menyarankan agar saya menghindari susu sapi beserta turunannya. Whoaaa!!! "beserta turunannya!!!" Apa saya sanggup menyatakan selamat tinggal kepada kue kering, es krim, roti, kue basah, yoghurt, daannn yang sedap-sedap lainnya??? Alamaaaakkk semuanya enak-enak😍


buang air besar pada bayi dengan lendir darah
BAB dengan Lendir Darah (Dokumentasi Pribadi)
Memang saya perhatikan, Delisha tergolong cukup sering BAB, selain itu Delisha juga sering gumoh mengeluarkan kembali ASI yang diminumnya. Dampaknya, pertambahan berat badan Delisha cenderung minim, pernah dalam satu bulan berat badan Delisha hanya naik 135 gram.  Ketika saya stop protein susu sapi, berat badan Delisha naik cukup bagus dan frekuensi BAB-nya berkurang.  Namun, ketika saya mulai curi-curi makan kue, Delisha mulai lagi menunjukkan gejala alerginya. Karena ASI adalah prioritas saya, jadi yaaaa saya STOP protein susu sapi. Saya hanya makan nasi, lauk pauk, dan buah.  Tutup mata aja sama snack box yang disuguhin waktu rapat..hiks... (makanan dan minuman yang dipantang itu saat ada di hadapan seakan menari-nari minta dikunyah dan ditelan😑) Dan ini berlangsung hingga Desliha berusia 13 bulan. Ketika Delisha berusia 12 bulan, saya pernah coba makan yang mengandung protein susu sapi dan Delisha masih menunjukkan gejala alergi.

Lalu yang jadi kekhawatiran saya adalah "Bagaimana dengan stok ASIP selama kurang lebih 3 bulan ke belakang????? itu kan diperah saat saya masih mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung protein susu sapi????" Bismillah... saya tetap memberikannya kepada Delisha. Memang sih, ketika Delisha masih diberikan ASIP tersebut, kenaikan berat badannya masih cenderung minim. Tetapi saya yakin ASI tetap yang terbaik, dan saya tak akan tega jika mengingat perjuangan mengumpulkannya. Jadi, saya tetap teruskan pemberian ASI untuk Delisha. Semangat ngASI!!!

3. Stok ASIP Kejar Tayang

"De, nyusunya kuat banget, habis 7 botol" Ibu saya memberikan laporan saat saya tiba di rumah sepulang kerja. Whuaaaaa... saya salah prediksi!!! Saya sampaikan ke Ibu dan Bude (panggilan pengasuh Delisha yang juga dulunya sempat mengasuh saya saat kecil), nanti selama ditinggal kerja (kurang lebih dari jam 7 pagi s/d 5 sore) Delisha dikasih 5 botol ASI (1 botol isi 100 ml) artinya Delisha diberi ASI setiap 2 jam sekali. Karena hasil penelitian kecil-kecilan saya kepada teman-teman, rata-rata kebutuhan ASI anaknya selama ditinggal kerja (10 jam) yaa segitu 5 botol.  Lah.. ini Delisha 7 botol, berarti selisih 200 ml.  Kalau saya pulang terlambat sedikit, jadi 8 botol (sambil garuk-garuk kepala😂).

Maka dari itu, saya harus konsisten pumping! jangan sampai terlewat jadwal pumpingnya karena stok ASIP yang kejar tayang.  Selama di kantor, saya 3x pumping: sekitar jam setengah 10, jam istirahat siang, dan sore menjelang pulang.  Kalau saya harus pulang telat dari kantor, maka ada ekstra tambahan pumping 1x lagi di sore hari.  Nanti, setelah sampai rumah, taruh tas, cuci tangan (ga pake mandi dulu😄) langsung pumping lagi. ASI itu unik, semakin sering dikeluarkan, maka produksinya akan semakin banyak. Saya memang sengaja mengosongkan payudara sebelum menyusui Delisha saat tiba di rumah, tujuannya agar semakin banyak ASI yang diproduksi. Pumping dilanjutkan kembali saat tengah malam dan pagi dini hari.  Begitu rutinitas setiap hari sampai Delisha berusia 6 bulan. Yaahh beginilah kalau kejar tayang mak.....

Selama memberikan ASI Eksklusif ini, berat badan saya turun drastis. Saat hamil, berat badan naik 12 kg, lalu saat menyusui turun hingga 16 kg.  Jadi, dengan tinggi badan 165 cm berat badan saya saat menyusui sekitar 46 kg, lebih kurus dari sebelum hamil (pada dasarnya memang saya kurus pisan). Tetapi kemudian berat badan berangsur-angsur naik setelah memperkenalkan Delisha dengan MPASI, karena kebutuhan ASI yang berkurang. Jadi, kalau mayoritas ibu-ibu senang bisa turun berat badan yang banyaaaak saat menyusui, kalau saya malah sebaliknya😁.

4. Gejala Bingung Puting

Ketika Delisha berusia 4 bulan, stok ASIP saya hanya hitungan jari. Ditambah lagi, Delisha tampaknya mulai menunjukkan gejala bingung puting.  Sedihnya lagi, hasil perahan juga semakin sedikit. Wah.. pada waktu itu saya betul-betul hampir menyerah. Saya tau kalau penyebab bingung puting adalah karena menggunakan dot untuk memberikan ASIP pada Delisha. Tapi, saya tak tega kalau harus merepotkan Ibu saya dan Bude dengan memberikan ASIP melalui media lain. Saya sudah berusaha memperkenalkan media lain (sepertinya saya kurang sungguh-sungguh) dan lebih memilih menggunakan dot yang memang lebih praktis.

Delisha mengenal dot saat ia baru berusia beberapa hari saat disinar di rumah sakit. Setelah itu, ia hanya menyusui langsung tanpa menggunakan dot selama saya cuti melahirkan.  Saat ia berusia 2 bulan dan saya kembali bekerja, Delisha mulai minum ASI melalui dot kembali. Memang tidak mudah memperkenalkannya dengan sendok, gelas, ataupun pipet untuk minum ASIP, selain memang saya juga tidak sungguh-sungguh memperkenalkannya. 

Saya masih ingin berjuang untuk ASI Eksklusifnya Delisha (yaaahh... walaupun sebenarnya sudah pernah dikasih sufor saat baru lahir). Sayang bangeeett kalau harus berhenti di usianya yang 4 bulan. Keras kepala emang diperlukan untuk keberhasilan ASI Eksklusif. Karena saya tak mau merepotkan Ibu saya dan Bude dengan memberikan ASIP menggunakan media lain selain dot, maka saya harus mencari cara lain.

Saya putuskan untuk ambil jatah cuti tahunan. Selama cuti, saya menyusui langung, tak ada dot selama cuti! Setiap 2 jam sekali, ASI selalu diperah bahkan saat tengah malam dan pagi dini hari. Jangan sampai jatah cuti terbuang sia-sia.  Tetes demi tetes ASI terus dikumpulkan untuk menambah stok ASIP di kulkas.  Atas dorongan dari suami saya (ini suami yang ngajak loh!💓), saya bersama suami menemui konselor laktasi yg tak lain adalah istri dari bosnya suami di kantor.  Disitu saya mendapat banyak masukan terutama mengenai manfaat ASI yang luar biasa, salah satunya mengenai pentingnya ASI bagi kekebalan tubuh anak. Support dari orang-orang terdekat emang sangaaat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif loh!

Alhamdulillah... masa-masa genting bingung puting ini terlewati juga... dan akhirnyaaa yang ditunggu-tunggu yaitu memperkenalkan MPASI ketika Delisha berusia 6 bulan. Saya bisa sedikit bernafas lega, karena artinya kebutuhan ASI semakin berkurang karena sudah dapat tambahan MPASI.  Apalagi ketika sudah menginjak usia 1 tahun, pemberian ASI dengan cara menyusui langsung saat Ibu berada di rumah, sudah cukup memenuhi kebutuhan ASI si kecil (begitu informasi yang saya dapat saat mengikuti kelas Edukasi MPASI). Jadi, kalau memang tak ada stok ASIP saat ibu bekerja, tak masalah karena kebutuhan ASI si kecil setelah berusia 1 tahun adalah 30% (saat < 6 bulan kebutuhannya 100%). Pemberian ASI pun terus dilanjutkan hingga Delisha disapih pada usia 25 bulan.

Yuk, ibu-ibu semangat ngASI-nya ya!

Diabetes Basah atau Diabetes Kering???

When I tell someone, I have diabetes.... "Diabetesnya basah apa kering???" Wah.. ini tanggapan sekaligus pertanyaan sepert...